LAPORAN PRAKTIKUM
NUTRISI TERNAK DASAR
Oleh:
NAMA : FAUZI
NIM : E1C012068
DOSEN : Prof.
Dr. Ir URIP SANTOSO. M.Sc
Dr. Ir. Yosi Fenita, MP
Co Ass : Vera
Aprilianti
Teguh Rafian
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
Abstrak
Percobaan praktikum ini
dilakukan untuk menetukan
kadar terhadap pakan ternak (dedak padi)
berdasarkan analisis proksimat yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak
kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar tampaknya belum bisa
diterapkan dilapangan dan kurang praktis karena membutuhkan waktu yang lumayan
lama dan alat-alat yang belum mencukupi. Tujuan penelitian untuk
mengetahui penetapan kadar air,
penetapan kadar abu, penetapan kadar lemak kasar, penetapan kadar serat kasar,
dan penetapan protein kasar. Praktikum dilakukan dilaboraturim Peternakan
Universitas Bengkulu. Dalam praktikum ini untuk kadar air dilakukan
4 kali pengulangan
guna mendapatkan hasil yang mendekati dari standar yang digunakan. Hasil analisis
yang di dapat yaitu pada kadar air pengamatan I pada ulangan 1 adalah 8,2846%, ulangan 2 adalah 9,39%, ulangan 3 adalah 9,396%, dan pada ulangan 4 adalah 9,44%, dan kadar air pengamatan II pada ulangan 1 adalah 8,2086%, ulangan 2 adalah 9,216%, ulangan 3 adalah 9,215%, dan pada ulangan 4 adalah 9,26%, kadar
abu pada pengamatan1 adalah
13,42% dan pengamatan 2
adalah 13,26%, kadar
lemak kasar pada pengamatan 1 adalah 4,028% dan
pada pengamatan 2 adalah 6,22%, kadar
serat kasar pada pengamatan 1 adalah 20,63% dan pengamatan 2 adalah 16,56%.
Kata kunci : Analisis proksimat, kadar air, kadar abu, kadar lemak
kasar, kadar serat kasar.
Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar
Belakang
Pada percobaan praktikum
nutrisi ternak dasar tentang analisis
proksimat (analisis
kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein
kasar) dilukukan agar mahasiswa dapat mengetahui cara-cara dan menghitung kadar
air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein dan
juga untuk mengetahui kandungan pada sampel yang digunakan, dan
diharapkan setelah mengetahui kandungan kandungan nutrisinya maka dapat
dilakukan penyusunan komposisi pakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
yang diperlukan untuk ternak yang bersangkutan. pada percobaan ini sampel yang kami gunakan
adalah dedak padi. Dedak
padi (hu’ut dalam bahasa
sunda) merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga bagian yang
masing masing berbeda kandungan zatnya.
Ketiga bagian tersebut adalah:
Ketiga bagian tersebut adalah:
·
Kulit gabah
yang banyak mengandung serat kasar dan mineral
·
Selaput perak
yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.
·
Lembaga beras yang
sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna.
Berhubung dedak merupakan
campuran dari ketiga bagian tersebut diatas maka nilai/martabatnya selalu
berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut.
Nutrisi dedak padi sangat bervariasi
bergantung pada jenis padi dan jenis mesin pengiling, pemalsuan dedak padi
sering terjadi dan akhir-akhir ini mutunya semakin menurun seiring dengan
berkembangnya mesin penghalus (hummer mill). Harga dedak padi sangat
fluktuatif, pada panen raya harga dedak padi sangat murah, dan harga sangat
mahal pada saat tidak terjadi panen raya, pada saat inilah pemalsuan dedak padi
cukup tinggi, dengan penambahan dedak kasar yang di haluskan, tepung batu
kapur, limbah rumput laut, jerami padi yang di haluskan/digiling, sehingga
menyebabkan kandungan gizi dedak padi menurun.
Pada kondisi normal (tanpa
pemalsuan) kualitas dedak padi, mengandung BK 91.26%,PK 9.96%. dedak padi
secara kuantitas dan kontinualitas cukup baik di beberapa tempat, terutama
daerah-daerah sentra padi sehingga dedak padi cukup banyak di gunakan sebagai
bahan pembuatan formulasi pakan ternak (Ucoep Haroen
et.al. (2008)).
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende
Experiment Station, Jerman oleh Hennerberg dan Stokman. Oleh karenanya analisis
ini sering juga disebut analisi Wendee. Analisi proksimat menggolongkan
komponen yang ada dalam bahan pakan berdasarkan fungsi dan komposisi kimia.
Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat
makanan yang diperlukan oleh ternak. Pemilihan bahan pakan tidak akan terlepas
dari kesediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak (Samuel, 1997).
Untuk mengetahui beberpa jumlah zat makanan yang
diperlukan oleh ternak serta cara menyusun ransom diperlukan pengetahuan
mengenai kualitas dan kuantitas zat makanan. Jumlah zat makanan dapat
dideterminasi dengan analisi kimia, seperti analisis proksimat.
I.2 Tujuan
Praktikum
Ø
Untuk mengetahui kandungan kadar air pada dedak padi
Ø
Untuk mengetahui kandungan kadar abu pada dedak padi
Ø
Untuk mengetahui kandungan kadar ekstrak eter (lemak kasar)
pada dedak padi
Ø
Untuk mengetahui kandungan kadar serat kasar pada dedak
padi
Bab II
Metode Praktikum
II. 1) Tempat Dan Waktu
Praktikum
·
Tempat praktikum
dilaksanakan di laboratorium Nutrisi Ternak Unggas.
·
Waktu praktikum
dilaksanakan tanggal 9-13 Desember 2013.
·
Dimulai pukul 08:00 –
16:00 WIB.
II. 2) Alat Dan
Bahan Yang Digunakan Serta Prosedur Percobaan Praktikum
1) Penetapan Kadar Air
ALAT
·
Cawan
·
Oven
·
Timbangan analitik
listrik
·
Desikator
·
Tang penjepit
·
Spatula
Cara Kerja :
v Mengeringkan
cawan yang sudah bersih ke dalam oven pengering pada suhu 105 C selama 1 jam
dengan tutup lepas.
v Kemudian
mendinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam.
v Sesudah
dingin, metimbang dalam keadaan tertutup.
v Meiimbang
contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram dalam cawan dan mengeringkannya kedalam
oven pengering pada suhu 105C selama 8 jam dengan tutup dilepas.
v Kemudian
mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam dengan tutup dilepas.
v Setelah
dingin, menutupnya kembali dan ditimbang, penimbangan diulangi sampai 4 kali
setiap jam sampai beratnya tetap (Z gram).
2) Penetapan Kadar Abu
ALAT
·
Selica
disk
·
Tanur
·
Timbangan
analitik listrik
·
Desikantor
·
Tang
penjepit
·
Spatula
Cara kerja
v Mengeringkan
silica disk yang sudah bersih di dalam oven pada suhu 105oC selama 1
jam
v Kemudian
mendinginkannya di dalam desikator selama 1 jam. Selanjutnya ditimbang (X gram)
v Menimbang
contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram yang dimasukkan ke dalam silika disk (Y
gram) dan dimasukkan ke dalam tanur. Nyalakan tanur sampai 600oC
(seperti yang sudah diprogramkan) selama 10 jam
v Mendinginkan
tanur, sehingga suhunya turun menjadi ±120oC, lalu memasukkan sampel
dalam desikator selama 1 jam
v Sesudah
dingin, kemudian menimbang (Z gram)
3) Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
ALAT
- Soklet sistim HT 2 Ekxtraction Unit Tecantor dan selonsongnya
- Labu penampung
- Alat pendingin
- Penangas/waterbath
- Timbangan analitik
- Spatula
- Gelas arloji
- Kertas saring bebas lemak
- Oven
BAHAN
·
Sampel
: KLK
·
Benzen
pa
Cara Kerja
v Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian
menambahkan sampel yang akan dianalisa sebanyak 2 gram (b gram) dan kemudian membungkus
sampel tersebut dengan baik sehingga tidak ada ceceran sampel (seperti membungkus
obat puyer).
v Oven
bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105oC, selama 6 jam
v Setelah
melakukan meng-oven-an, kemudian menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram), kemudian
memasukkan sampel ke dalam soklet
v Memasang
labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin dan meletakkannya diatas penangas air. Kemudian memasukkan petroleum
benzen (pelarut lemak) melalui lubang pendingin sampai petroleum benzen
seluruhnya turun dan masuk kedalam labu penampung. Kemudian mengisinya lagi
sampai setengah bagian dari alat ekstraksi
v Mengalirkan
air pada labu pendingin, baru kemudian diikuti dengan memanasan labu penampung
(penangas atau waterbath)
v Mengekstraksi
sampel selama 16 jam (sampai petroleum benzen yang ada di dalam alat ekstraksi
menjadi jernih atau tidak berwarna)
v Setelah
ekstraksi dihentikan, mengeluarkan sampel dan meletakkannya diatas gelas
arloji, kemudian anginkan sampai kering
v Mengoven
bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105oC selama 6 jam
v Setelah
pengovenan dilakukan, kemudian menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d
gram).
4)
Penetapan Kadar Protein Kasar
ALAT
- Labu kejdahl 650 ml
- Lanu Erlenmeyer 300 ml
- Buret
- Pipet volume 25 ml/50 ml
- Labung Erlenmeyer 650 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Corong
- Alat destruksi dan destilasi
BAHAN
·
H2SO4
- CuSO4 dan K2SO4
- NaOH
- 50%
- HCL 0,1N
- H3BO4 0,1 N
- Indirkato mix
- Zn (logam)
Cara kerja
A.
Destruksi
- Ditimbang contoh bahan (1 gram untuk konsterat, 2 gram
untuk hujauan)
- Tambahkan 2 gram K2SO4, 1 garam
buah batu didih dan 25 ml paket ditambah keitap.
- Destruksi dalam alat destruksi dengan urutan sebagai
berikut :
1)
Kipas angina
dihidupkan
2)
Pemanas
dihidupkan, mulai dengan api kecil kemudian sedikit demi sedikit dibesarkan
(pada sekala 4).
3)
Setelah
larutan berwarna hitam (rata), labu
diputar-putar sampai larutan menjadi jernih.
4)
Destruksi
dihentikan setelah warna jerni diperoleh selama 30 menit. Pemanas dimatikan,
setelah asap habis baru kipas angin
dimatikan.
B.
Destilasi
- Mengencerkan dengan air sampai volumenya + 300 ml, digojok agar larutan homogen.
- Menyiapkan Erlenmeyer 650 ml yang telah berisi 50 ml H3BO4
0,1 N ditambah 100 ml air dan 3 tetes indicator mix.
- Memasang penampung dan labu kejdahl
dalam alat destilasi.
- Mengalirkan pendingin (panas pendingin
maksimum 800 F).
- Menaambah kedalam labu kejdahl Zn
logam dan 75 ml NaOH 32%. Penambahan NaOH harus melalui dinding labu.
- Menyalakan pemanas mulai dengan api
kecil, maksimum pada skala 4
- Destilasi berakhir setelah volume penampung 300 ml.
- Penampung
digeser/diturunkan, ujung alat
penyuling dicuci sedemikian
rupa sehinggga air pencuci masuk ke dalam labu penampung.
- Menganti penampung denagan erlemeyer
250 ml yang berisi 250 ml air,
dipasang seperti semula.
- Mematikan berturut-turut pemanas dan pendingin.
- Mentitrasi hasil
distrilasi dengan HCL 0,1 N, sampai timbul warna kuning.
- Membuat blanko dan mngerjakan seperti cara di atas.
5)
Penetapan Kadar Serat Kasar
ALAT
·
Beaker glass 600 ml
·
Saring dari linen
·
Serat gelas (glass wool)
·
Alat penyaring Buchner
atau Gooch crucible
·
Desikator
·
Tanur
·
Pompa vacuum
·
Tang penjepit
·
Timbangan analitik
listrik
·
Gelas ukur 100 ml
·
Corong gelas diameter
10 cm
BAHAN
- H2SO4 1.25%
- NaOH 1,25%
- Aquadest
- Aceton
- Etyl Alkohl 95
Cara Kerja :
v Menimbang
sebanyak 2 gram, lalu memasukkannya ke dalam beaker glass 600 ml dan
menambahkan 200 ml H2SO4 1,25% dan meletakkannya pada
pemanas, kemudian didihkan selama 30 menit
v Kemudian
menyaring sampel tadi dengan menggunakan saringan linnen atau serat gelas,
dengan bantuan pompa vacum. Memasukkan
hasil saringan kedalam beaker glass
dengan mencuci saringan linnen
v Mencuci
beaker glass, Memasukkan hasil saringan beserta serat kasar (kalau digunakan)
kedalam beaker glass dan Menambahkan larutan NaOH 1,25% dan mendidihkan larutan
tersebut selama 30 menit
v Kemudian
melakukan penyaringan dengan menggunakan Gooch crucible yang sudah dilapisi
glasswool. Selanjutnya, mencuci Gooch crucible dengan beberapa ml air panas dan kemudian dengan 15 ml etyl
alkohol 95%
v Hasil
saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible dianginkan sampai kering
kemudian memasukkan sampel ke dalam alat pengering dengan suhu 105oC
selama satu malam. Setelah itu, Mendinginkan sampel dengan jalan dimasukkan
dalam desikator selama 1 jam, setelah dingin menimbang sampel (Y gram)
v Kemudian
Mengabukan sampel didalam tanur dengan suhu 600oC selama 2 jam atau
sampel berwarna putih (bebas karbon)
v Mengeluarkan
dan membiarkan sampel beberapa menit sampai suhunya turun menjadi 120oC,
kemudian mendinginkan sampel dengan cara memasukkan sampel kedalam desikator
selama 1 jam, Menimbang sampel setelah dingin (Z gram)
Bab III
Hasil Dan
Pembahasan
1) Penetapan
Kadar Air
Data hasil percobaan
penetapan kadar air
Nama Sampel
(Kode)
|
|
|
Pengamatan/ ulangan ke
|
I
|
II
|
Berat cawan timbang kosong kering (Xg)
|
21,6174
|
17,7974
|
Berat
cawan timbang + sampel (Yg)
|
23,6537
|
19,8320
|
Berat cawan timbang + sampel
kering (Zg)
|
23,4850
|
19,6650
|
23,4624
|
19,6446
|
|
23,4623
|
19,6445
|
|
23,4613
|
19,6435
|
|
Kadar Air (%)
|
|
|
Pembahasan :
Dari data hasil percobaan tentang
analisis proksimat yaitu pada penetapan kadar air sampel yang kami gunakan yaitu dedak padi yang
dilakukan dua pengamatan. Pada pengaamatan
satu (I) digunakan sampel sebanyak 2,0363 gram dan pada pengaamatan dua (II) digunakan sampel sebanyak 2,0346
gram. Dan uji kadar air ini dilakukan empat kali pengulangan sehingga Z gramnya
ada empat. Pada penamatan satu (I) pengulangan pertama didapat kadar air nya
yaitu 8,2846%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu 9,39%, pengulangan ketiga
didapat kadar airnya yaitu 9,396% dan pada pengulangan terakhir yang keempat
kadar airnya yaitu 9,44%. Pada penamatan kedua (II) pengulangan pertama didapat
kadar air nya yaitu 8,208%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu
9,216%, pengulangan ketiga didapat kadar airnya yaitu 9,215% dan pada
pengulangan terakhir yang keempat kadar airnya yaitu 9,26%.
Hartadi dkk (1997) menyatakan bahwa
dedak padi mengandungan serat kasar
6-12 % memiliki kandungan lemak 14,1%, protein kasar 13,8%, kadar air 10 % sedangkan menurut National Research Council (1994)
dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2100 kkal/kg, protein kasar
12,9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,21%, serta Mg
0,22%.
Maka dari data
hasil praktikum analisis kadar air pada dedak padi yang telah kami lakukan
dapat disumpulkan bahwa hasil yang kami dapat belum sesuai dengan referensi
yang ada tetapi sudah mendekati angka 10 %, hal ini terjadi mungkin karena
bebrapa faktor salah satunya mungkin kurang tepat nya waktu pelakuan yang
seharusnya dilakukan .
2) Penetapan
Kadar Abu
Data hasil percobaan penetapan kadar abu
Nama kode sampel
|
|
|
Pengamatan ulangan ke
|
I
|
II
|
Berat cawan timbang kosong kering
(Xg)
|
20,6711
|
21,1506
|
Berat cawan timbang + sampel (Yg)
|
22,7513
|
23,2049
|
Berat cawan timbang + abu (Zg)
|
20,9504
|
21,4231
|
Kadar Abu (%)
|
|
|
Pembahasan :
Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar
dalam tanur, sejumlah berat tertentu makanan pada suhu 500-600oC sampai semua
karbon hilang dari bahan makanan tersebut. Sisanya adalah abu dan dianggap
mewakili bagian inorganik makanan. Akan tetapi, abu bisa mengandung bahan yang
berasal dari bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa
bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur
akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif.
Karra(2007)menyatakan
bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan
Halim(2006)menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan
dengan tanur disebut dengan abu(ash).
Dedak halus biasa merupakan hasil sisa dari penumbukan
padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak
halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan
pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi
sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar
dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja
yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak
tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu (Sondjya, 1998).
Maka dari hasil analisis kadar abu yang telah kami
lakukan yaitu didapat kadar abunya pada pengamatan satu (I) adalah 13,42 % dan
pada pengamatan yang kedua kandungan kadar abunya adalah 13,26 %. Dapat disimpulkan
bahwa kadar abu yang kami dapat lebih tinggi bila dibandingkan dengan literatur
yang menyatakan kadndunga kadar abu yang pas adalah 10 % munkin hal ini
difengaruhi faktor yang dapat menjadi penyebab dalam perbedaan ini, yaitu
seperti kurangnya ketelitian saat
menimbang sampel. Faktor lain yaitu dari sampel sendiri,
mungkin sampel yang digunakan disimpan di sembarang tempat sehingga merusak
kualitas sampel itu sendiri.
3) Penetapan
Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
Data
hasil percobaan praktikum penetapan kadar lemak
Nama sampel (kode)
|
|
|
Pengamatan /ulangan ke
|
I
|
II
|
Berat kertas saring (a gram)
|
0,8895
|
0,8517
|
Berat kertas saring + sampel (b gram)
|
2,9126
|
2,9483
|
Berat kertas saring + sampel oven (c
gram )
|
1,8471
|
2,6731
|
Berat kertas saring + sampel oven ekstraksi (d gram)
|
1,7656
|
2,5426
|
Kadar lemak (EE) %
|
|
|
Pembahasan
:
Buckle (1985) menyatakan sifat-sifat
lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida
dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Khairul(2009)menyatakan bahwa lemak kasar
yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari
klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah
tepung kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
Dedak merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan
beras (slep atau polishing beras). Pada dedak banyak mengandung protein dan vitamin B1 karena sebagian besar
terdiri dari selaput perak dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung
kulit. Di beberapa tempat dedak ini disebut
juga dedak
murni. Analisa nutrisi:
15.9% air, 15.3% protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5%
lemak, 9.4% abu (Sondjya, 1998).
Pada data hasil
analisis yang kami dapat yaitu pada pengamtan satu (I) kandungan kadar lemak kasar
nya adalah 4,028 % dan untuk pengamtan dua (II) kadar lemak kasarnya adalah
6,22 %, tapi kedua pengamatan tersebut
kandungan lemak kasarnya dibawah kandungan literatur yang ada yaitu 8,5
%. Dan hasil kedua pengamatan berbeda jauh hal ini dikarenakan jumlah sampel
yang digunakan tidak sama.
4) Penetapan
Kadar Serat Kasar
Data
hasil percobaan praktikum penetapan kadar lserat kasar
Nama Sampel
(KODE)
|
||
Pengamatan
atau ulangan ke
|
I
|
II
|
Berat sampel (X gram)
|
2,0009
|
2,0326
|
berat
penyaring + residu kering (Y gram)
|
27,1743
|
29,9967
|
berat
penyaring + abu (Z gram)
|
26,7615
|
29,6601
|
Kadar serat
kasar (SK) ( % )
|
20,63 %
|
16,56 %
|
Pembahasan :
Dedak padi merupakan hasil sisa dari penumbukan padi
secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak padi biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput
perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan
tetapi sudah termasuk dalam
golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk
rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak
tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati
(MP) nya 53 (Kamal, M. 1994).
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan
didapatkan kadar serat kasar dari dedak padi. Pada pengamatan satu (I) yang berat sampelnya yaitu 2,0009 gram dan pada pengamatan dua (II) yang berat sampelnya 2,0326
gram. Kemudian
dipanaskan dengan campuran H2SO4
1,25 % selama 30 menit lalu disaring dengan alat buchner dan dipanaskan
lagi dengan menambah campuran NaOH 1,25% selama 30 menit. Hasil tersebut
diangkat dan diangin-anginkan selam 1 malam dan disimpan dalam desikator selama
1 jam lalu ditimbang dengan berat penyaring dan residu kering. Pada pengamatan satu (I) berat penyaring dan residu kering 27,1743 gram. Pada pengamatan dua
(II) berat penyaring dan residu kering
29,9967. Lalu di abukan dengan menggunakan tanurdengan suhu 600OC
selama 2 jam hingga adanya
perubahan warna sehingga hasil timbangannya
yaitu pada pengamatan satu
(I) yaitu 26,7615 garam dan pengamatan dua (II) yaitu 29,6601 gram lalu dihitung dengan rumus penentuan kadar serat
kasar SK maka didapat hasilnya pada pengamatan satu
(I) yaitu 20,63
% dan pengamatan
dua (II)
yaitu 16,56 %. Hasil tersebut berbada
lumayan jauh berbeda maka hasil tersebut tidak konstan mungkin hal ini dikarenakan jumlah sampel yang
digunakan pada masing-masing pengamatan berbeda. Dan menurut Kamal, M. 1994 serat kasar pada dedak
padi yaitu 16.4% maka dari hasil anlisis kami sampel pengamatan
dua (II)
yaitu 16,56 % adalah
yang paling tepat dengan literatur yang ada.
Bab IV
Penutup
IV.1 Kesimpulan
Dalam praktikum nutrisi ternak dasar ini tentang anlisis proksimat daapat
disimpulkan bahwa
-
Kandungan kadar air pada dedak padi
yaitu pada penamatan satu (I) pengulangan pertama didapat kadar air nya yaitu
8,2846%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu 9,39%, pengulangan ketiga
didapat kadar airnya yaitu 9,396% dan pada pengulangan terakhir yang keempat
kadar airnya yaitu 9,44%. Pada penamatan kedua (II) pengulangan pertama didapat
kadar air nya yaitu 8,208%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu
9,216%, pengulangan ketiga didapat kadar airnya yaitu 9,215% dan pada
pengulangan terakhir yang keempat kadar airnya yaitu 9,26%.
-
Pada pengamatan satu (I) didapat kadar abunya pada
adalah 13,42 % dan pada pengamatan yang kedua kandungan kadar abunya adalah
13,26 %.
-
Kandungan kadar lemak kasar pada pengamtan satu
(I) kandungan kadar lemak kasar nya adalah 4,028 % dan untuk pengamtan dua (II)
kadar lemak kasarnya adalah 6,22 %
-
Dan kandungan serat kasar pada pengamatan satu (I) yaitu 20,63 % dan pengamatan dua (II) yaitu 16,56 %.
IV.2 Saran
Pada percobaan praktikum ini
sangat dihrapkan kepada seluruh praktikan untuk sangat berehati-hatian dan
teliti karena praktikum ini ada yang mengunakan bahan kimia yang berbahaya dan kepada pembaca agar laporan dapat dijadikan pedoman untuk melakukan kegiatan yang sama. Akan tetapi
laporn ini bukanlah sempurna untuk itu kiranya pemnaca dapat memberikan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan laporan kedepannya.
Daftar pustaka
Hartadi, H.,
Kustantinah, R. E. Indarto, N. D. Dono, dan Zuprizal. 2008. Nutrisi Ternak Dasar. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Fenita,
Yosi. 2013, Penuntun praktikum nutrisi
ternak dasar (PTR) 210. Jurusan peternakan,
Fakultas pertanian : UNIB
Http://neng-ita.blogspot.com/2011/10/penetapan-kadar-abu.html
Kamal, M.
1994. Nutrisi Ternak Dasar I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Parrakkasi.a. 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Petnowati, 1999. Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum. Erlangga. Jakarta.
Purba, Michael. 2003. Kimia
2000. Erlangga. Jakarta.
Samuel, 1997. A Short History Of Nutritional Science (1785 – 1885).
journal of Nutrition.
Soedarno, 1997. Introduction Partical Animal
Breeding. Granada Publishing, Newyork.
Sondjya, 1998. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed.M.L. Scott &
Associates, Ithaca, New York.
Sutresna, Nana. 1995. Kimia 2. Ganeca
Exact. Bandung.
Tillman,A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Mada University Pers. Yogyakarta.
Tobing. L.R. 1991. Kimia Organik Pangan.
Depdikbud. Jakarta.
Trobos. 2008. Tuna Budidaya Jepang Mengancam. PT. PWI.
Jakarta.
Ucoep Haroen et.al. (2008), Bahan Ajar Nutrisi Ternak Unggas. Fakultas
Peternakan Universitas Jambi, Jambi