Rabu, 08 Oktober 2014

laporan praktikum nutrisi ternak dasar

LAPORAN PRAKTIKUM
NUTRISI TERNAK DASAR



Oleh:
NAMA       : FAUZI
NIM            : E1C012068
DOSEN      : Prof. Dr. Ir URIP SANTOSO. M.Sc
                     Dr. Ir. Yosi Fenita, MP
Co Ass        : Vera Aprilianti
                     Teguh Rafian

JURUSAN PETERNAKAN
 FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014

Abstrak


Percobaan praktikum ini dilakukan untuk menetukan kadar terhadap pakan ternak (dedak padi) berdasarkan analisis proksimat yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar tampaknya belum bisa diterapkan dilapangan dan kurang praktis karena membutuhkan waktu yang lumayan lama dan alat-alat yang belum mencukupi. Tujuan penelitian untuk mengetahui  penetapan kadar air, penetapan kadar abu, penetapan kadar lemak kasar, penetapan kadar serat kasar, dan penetapan protein kasar. Praktikum dilakukan dilaboraturim Peternakan Universitas Bengkulu. Dalam praktikum ini untuk kadar air dilakukan 4 kali pengulangan guna mendapatkan hasil yang mendekati dari standar yang digunakan. Hasil analisis yang di dapat yaitu pada kadar air pengamatan I pada ulangan 1 adalah 8,2846%, ulangan 2 adalah 9,39%, ulangan 3 adalah 9,396%, dan pada ulangan 4 adalah 9,44%, dan kadar air pengamatan II pada ulangan 1 adalah 8,2086%, ulangan 2 adalah 9,216%, ulangan 3 adalah 9,215%, dan pada ulangan 4 adalah 9,26%, kadar abu pada pengamatan1 adalah 13,42% dan pengamatan 2 adalah 13,26%, kadar lemak kasar pada pengamatan 1 adalah 4,028% dan pada pengamatan 2 adalah 6,22%, kadar serat kasar pada pengamatan 1 adalah 20,63% dan pengamatan 2 adalah 16,56%.

Kata kunci :     Analisis proksimat, kadar air,  kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar.




Bab I

Pendahuluan

I.1     Latar Belakang


Pada percobaan praktikum  nutrisi ternak dasar tentang analisis proksimat (analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar) dilukukan agar mahasiswa dapat mengetahui cara-cara dan menghitung kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein dan juga untuk mengetahui kandungan pada sampel yang digunakan, dan diharapkan setelah mengetahui kandungan kandungan nutrisinya maka dapat dilakukan penyusunan komposisi pakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk ternak yang bersangkutan. pada percobaan ini sampel yang kami gunakan adalah dedak padi. Dedak padi (hu’ut dalam bahasa sunda) merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga bagian yang masing masing berbeda kandungan zatnya.
Ketiga bagian tersebut adalah:
·            Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral
·            Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.
·            Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna.
Berhubung dedak merupakan campuran dari ketiga bagian tersebut diatas maka nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut.
Nutrisi dedak padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan jenis mesin pengiling, pemalsuan dedak padi sering terjadi dan akhir-akhir ini mutunya semakin menurun seiring dengan berkembangnya mesin penghalus (hummer mill). Harga dedak padi sangat fluktuatif, pada panen raya harga dedak padi sangat murah, dan harga sangat mahal pada saat tidak terjadi panen raya, pada saat inilah pemalsuan dedak padi cukup tinggi, dengan penambahan dedak kasar yang di haluskan, tepung batu kapur, limbah rumput laut, jerami padi yang di haluskan/digiling, sehingga menyebabkan kandungan gizi dedak padi menurun.
Pada kondisi normal (tanpa pemalsuan) kualitas dedak padi, mengandung BK 91.26%,PK 9.96%. dedak padi secara kuantitas dan kontinualitas cukup baik di beberapa tempat, terutama daerah-daerah sentra padi sehingga dedak padi cukup banyak di gunakan sebagai bahan pembuatan formulasi pakan ternak (Ucoep Haroen et.al. (2008)).
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station, Jerman oleh Hennerberg dan Stokman. Oleh karenanya analisis ini sering juga disebut analisi Wendee. Analisi proksimat menggolongkan komponen yang ada dalam bahan pakan berdasarkan fungsi dan komposisi kimia. Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan oleh ternak. Pemilihan bahan pakan tidak akan terlepas dari kesediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak (Samuel, 1997).
Untuk mengetahui beberpa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak serta cara menyusun ransom diperlukan pengetahuan mengenai kualitas dan kuantitas zat makanan. Jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisi kimia, seperti analisis proksimat.


I.2     Tujuan Praktikum


Ø  Untuk mengetahui kandungan kadar air pada dedak padi
Ø  Untuk mengetahui kandungan kadar abu pada dedak padi
Ø  Untuk mengetahui kandungan kadar ekstrak eter (lemak kasar) pada dedak padi
Ø  Untuk mengetahui kandungan kadar serat kasar pada dedak padi


Bab II

Metode Praktikum

II. 1) Tempat  Dan  Waktu Praktikum

·         Tempat praktikum dilaksanakan di laboratorium Nutrisi Ternak Unggas.
·         Waktu praktikum dilaksanakan tanggal 9-13 Desember 2013.
·         Dimulai pukul 08:00 – 16:00 WIB.

II. 2) Alat Dan Bahan Yang Digunakan Serta Prosedur Percobaan Praktikum

1)      Penetapan Kadar Air

ALAT
·           Cawan
·           Oven
·           Timbangan analitik listrik
·           Desikator
·           Tang penjepit
·           Spatula

Cara  Kerja :
v  Mengeringkan cawan yang sudah bersih ke dalam oven pengering pada suhu 105 C selama 1 jam dengan tutup lepas.
v  Kemudian mendinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam.
v  Sesudah dingin, metimbang dalam keadaan tertutup.
v  Meiimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram dalam cawan dan mengeringkannya kedalam oven pengering pada suhu 105C selama 8 jam dengan tutup dilepas.
v  Kemudian mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam dengan tutup dilepas.
v  Setelah dingin, menutupnya kembali dan ditimbang, penimbangan diulangi sampai 4 kali setiap jam sampai beratnya tetap (Z gram).

2)      Penetapan Kadar Abu

ALAT
·         Selica disk
·         Tanur
·         Timbangan analitik listrik
·         Desikantor
·         Tang penjepit
·         Spatula

Cara kerja
v  Mengeringkan silica disk yang sudah bersih di dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam
v  Kemudian mendinginkannya di dalam desikator selama 1 jam. Selanjutnya ditimbang (X gram)
v  Menimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 2 gram yang dimasukkan ke dalam silika disk (Y gram) dan dimasukkan ke dalam tanur. Nyalakan tanur sampai 600oC (seperti yang sudah diprogramkan) selama 10 jam
v  Mendinginkan tanur, sehingga suhunya turun menjadi ±120oC, lalu memasukkan sampel dalam desikator selama 1 jam
v  Sesudah dingin, kemudian menimbang (Z gram)


3)      Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

ALAT
  • Soklet sistim HT 2 Ekxtraction Unit Tecantor  dan selonsongnya
  • Labu penampung
  • Alat pendingin
  • Penangas/waterbath
  • Timbangan analitik
  • Spatula
  • Gelas arloji 
  • Kertas saring bebas lemak
  • Oven
BAHAN
·         Sampel : KLK
·         Benzen pa

Cara Kerja
v Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian menambahkan sampel yang akan dianalisa sebanyak 2 gram (b gram) dan kemudian membungkus sampel tersebut dengan baik sehingga tidak ada ceceran sampel (seperti membungkus obat puyer).
v Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105oC, selama 6 jam
v Setelah melakukan meng-oven-an, kemudian menimbang (dalam keadaan   panas) dengan cepat (c gram), kemudian memasukkan sampel ke dalam soklet
v Memasang labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin dan   meletakkannya diatas penangas air. Kemudian memasukkan petroleum benzen (pelarut lemak) melalui lubang pendingin sampai petroleum benzen seluruhnya turun dan masuk kedalam labu penampung. Kemudian mengisinya lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi
v Mengalirkan air pada labu pendingin, baru kemudian diikuti dengan memanasan labu penampung (penangas atau waterbath)
v Mengekstraksi sampel selama 16 jam (sampai petroleum benzen yang ada di dalam alat ekstraksi menjadi jernih atau tidak berwarna)
v Setelah ekstraksi dihentikan, mengeluarkan sampel dan meletakkannya diatas gelas arloji, kemudian anginkan sampai kering
v Mengoven bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105oC selama 6 jam
v  Setelah pengovenan dilakukan, kemudian menimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram).


4)      Penetapan Kadar Protein Kasar

ALAT
  • Labu kejdahl 650 ml
  • Lanu Erlenmeyer 300 ml
  • Buret
  • Pipet volume 25 ml/50 ml
  • Labung Erlenmeyer 650 ml
  • Gelas ukur 100 ml
  • Corong
  • Alat destruksi dan destilasi

BAHAN
·         H2SO4
  • CuSO4 dan K2SO4
  • NaOH
  • 50%
  • HCL 0,1N
  • H3BO4 0,1 N
  • Indirkato mix
  • Zn (logam)

Cara kerja
A.    Destruksi
  1. Ditimbang contoh bahan (1 gram untuk konsterat, 2 gram untuk hujauan)
  2. Tambahkan 2 gram K2SO4, 1 garam buah batu didih dan 25 ml paket ditambah keitap.
  3. Destruksi dalam alat destruksi dengan urutan sebagai berikut :
1)      Kipas angina dihidupkan
2)      Pemanas dihidupkan, mulai dengan api kecil kemudian sedikit demi sedikit dibesarkan (pada sekala 4).
3)      Setelah larutan berwarna  hitam (rata), labu diputar-putar sampai larutan menjadi jernih.
4)      Destruksi dihentikan setelah warna jerni diperoleh selama 30 menit. Pemanas dimatikan, setelah asap habis baru  kipas angin dimatikan.

B.     Destilasi
  1. Mengencerkan dengan air sampai volumenya +  300 ml, digojok agar larutan homogen.
  2. Menyiapkan Erlenmeyer 650 ml yang telah berisi 50 ml H3BO4 0,1 N ditambah 100 ml air dan 3 tetes indicator mix.
  3. Memasang penampung dan labu kejdahl dalam alat destilasi.
  4. Mengalirkan pendingin (panas pendingin maksimum 800 F).
  5. Menaambah kedalam labu kejdahl Zn logam dan 75 ml NaOH 32%. Penambahan  NaOH harus melalui dinding labu.
  6. Menyalakan pemanas mulai dengan api kecil, maksimum pada skala 4
  7. Destilasi berakhir setelah volume penampung 300 ml.
  8. Penampung  digeser/diturunkan, ujung alat  penyuling dicuci  sedemikian rupa sehinggga air pencuci masuk ke dalam labu penampung.
  9. Menganti penampung denagan erlemeyer 250 ml  yang berisi 250 ml air, dipasang seperti semula.
  10. Mematikan berturut-turut pemanas  dan pendingin.
  11. Mentitrasi hasil distrilasi dengan HCL 0,1 N, sampai timbul warna kuning.
  12. Membuat blanko dan mngerjakan seperti cara di atas.


5)    Penetapan Kadar Serat Kasar

ALAT
·         Beaker glass 600 ml
·         Saring dari linen
·         Serat gelas (glass wool)
·         Alat penyaring Buchner atau Gooch crucible
·         Desikator
·         Tanur
·         Pompa vacuum
·         Tang penjepit
·         Timbangan analitik listrik
·         Gelas ukur 100 ml
·         Corong gelas diameter 10 cm

BAHAN
  • H2SO4 1.25%
  • NaOH 1,25%
  • Aquadest
  • Aceton
  • Etyl Alkohl 95

Cara Kerja :
v Menimbang sebanyak 2 gram, lalu memasukkannya ke dalam beaker glass 600 ml dan menambahkan 200 ml H2SO4 1,25% dan meletakkannya pada pemanas, kemudian didihkan selama 30 menit
v Kemudian menyaring sampel tadi dengan menggunakan saringan linnen atau serat gelas, dengan   bantuan pompa vacum. Memasukkan hasil saringan    kedalam beaker glass dengan mencuci saringan linnen
v Mencuci beaker glass, Memasukkan hasil saringan beserta serat kasar (kalau digunakan) kedalam beaker glass dan Menambahkan larutan NaOH 1,25% dan mendidihkan larutan tersebut selama 30 menit
v Kemudian melakukan penyaringan dengan menggunakan Gooch crucible yang sudah dilapisi glasswool. Selanjutnya, mencuci Gooch crucible dengan            beberapa ml air panas dan kemudian dengan 15 ml etyl alkohol 95%
v Hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible dianginkan sampai kering kemudian memasukkan sampel ke dalam alat pengering dengan suhu 105oC selama satu malam. Setelah itu, Mendinginkan sampel dengan jalan dimasukkan dalam desikator selama 1 jam, setelah dingin menimbang sampel            (Y gram)
v Kemudian Mengabukan sampel didalam tanur dengan suhu 600oC selama 2 jam atau sampel berwarna putih (bebas karbon)
v  Mengeluarkan dan membiarkan sampel beberapa menit sampai suhunya turun menjadi 120oC, kemudian mendinginkan sampel dengan cara memasukkan sampel kedalam desikator selama 1 jam, Menimbang sampel setelah dingin (Z gram)



Bab III

Hasil Dan Pembahasan

1)      Penetapan Kadar Air

Data hasil percobaan penetapan kadar air
Nama Sampel (Kode)


Pengamatan/ ulangan ke
I
II
Berat cawan timbang kosong kering (Xg)
21,6174
17,7974
Berat cawan timbang + sampel (Yg)
23,6537
19,8320
Berat cawan timbang + sampel kering (Zg)
23,4850
19,6650
23,4624
19,6446
23,4623
19,6445
23,4613
19,6435
Kadar Air (%)






 

Pembahasan :
Dari data hasil percobaan tentang analisis proksimat yaitu pada penetapan kadar air  sampel yang kami gunakan yaitu dedak padi yang dilakukan dua pengamatan. Pada pengaamatan  satu (I) digunakan sampel sebanyak 2,0363 gram dan pada pengaamatan  dua (II) digunakan sampel sebanyak 2,0346 gram. Dan uji kadar air ini dilakukan empat kali pengulangan sehingga Z gramnya ada empat. Pada penamatan satu (I) pengulangan pertama didapat kadar air nya yaitu 8,2846%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu 9,39%, pengulangan ketiga didapat kadar airnya yaitu 9,396% dan pada pengulangan terakhir yang keempat kadar airnya yaitu 9,44%. Pada penamatan kedua (II) pengulangan pertama didapat kadar air nya yaitu 8,208%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu 9,216%, pengulangan ketiga didapat kadar airnya yaitu 9,215% dan pada pengulangan terakhir yang keempat kadar airnya yaitu 9,26%.
Hartadi dkk (1997) menyatakan bahwa dedak padi mengandungan serat kasar 6-12 % memiliki kandungan lemak 14,1%, protein kasar 13,8%, kadar air 10 % sedangkan menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2100 kkal/kg, protein kasar 12,9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,21%, serta Mg 0,22%.
Maka dari data hasil praktikum analisis kadar air pada dedak padi yang telah kami lakukan dapat disumpulkan bahwa hasil yang kami dapat belum sesuai dengan referensi yang ada tetapi sudah mendekati angka 10 %, hal ini terjadi mungkin karena bebrapa faktor salah satunya mungkin kurang tepat nya waktu pelakuan yang seharusnya dilakukan . 

2)      Penetapan Kadar Abu

Data hasil percobaan penetapan kadar abu
Nama kode sampel


Pengamatan ulangan ke
I
II
Berat cawan timbang kosong kering (Xg)
20,6711
21,1506
Berat cawan timbang + sampel (Yg)
22,7513
23,2049
Berat cawan timbang + abu (Zg)
20,9504
21,4231
Kadar Abu (%)









Pembahasan :
Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar dalam tanur, sejumlah berat tertentu makanan pada suhu 500-600oC sampai semua karbon hilang dari bahan makanan tersebut. Sisanya adalah abu dan dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Akan tetapi, abu bisa mengandung bahan yang berasal dari bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Karra(2007)menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim(2006)menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash).
Dedak halus biasa merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu (Sondjya, 1998).
Maka dari hasil analisis kadar abu yang telah kami lakukan yaitu didapat kadar abunya pada pengamatan satu (I) adalah 13,42 % dan pada pengamatan yang kedua kandungan kadar abunya adalah 13,26 %. Dapat disimpulkan bahwa kadar abu yang kami dapat lebih tinggi bila dibandingkan dengan literatur yang menyatakan kadndunga kadar abu yang pas adalah 10 % munkin hal ini difengaruhi faktor yang dapat menjadi penyebab dalam perbedaan ini, yaitu seperti kurangnya ketelitian saat menimbang sampel. Faktor lain yaitu dari sampel sendiri, mungkin sampel yang digunakan disimpan di sembarang tempat sehingga merusak kualitas sampel itu sendiri.
 

3)      Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

Data hasil percobaan praktikum penetapan kadar lemak
Nama sampel (kode)


Pengamatan /ulangan ke
I
II
Berat kertas saring (a gram)
0,8895
0,8517
Berat kertas saring + sampel (b gram)
2,9126
2,9483
Berat kertas saring + sampel oven (c gram )
1,8471
2,6731
Berat kertas saring +  sampel oven ekstraksi (d gram)
1,7656
2,5426
Kadar lemak (EE) %





Pembahasan :
Buckle (1985) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Khairul(2009)menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
Dedak merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep atau polishing beras). Pada dedak banyak mengandung protein dan vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput perak dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa tempat dedak ini disebut juga dedak murni. Analisa nutrisi: 15.9% air, 15.3% protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% abu (Sondjya, 1998).
Pada data hasil analisis yang kami dapat yaitu pada  pengamtan satu (I) kandungan kadar lemak kasar nya adalah 4,028 % dan untuk pengamtan dua (II) kadar lemak kasarnya adalah 6,22 %, tapi kedua pengamatan tersebut  kandungan lemak kasarnya dibawah kandungan literatur yang ada yaitu 8,5 %. Dan hasil kedua pengamatan berbeda jauh hal ini dikarenakan jumlah sampel yang digunakan tidak sama.

4)      Penetapan Kadar Serat Kasar

Data hasil percobaan praktikum penetapan kadar lserat kasar
Nama Sampel (KODE)
Pengamatan atau ulangan ke
I
II
Berat  sampel (X gram)
2,0009
2,0326
berat penyaring + residu kering (Y gram)
27,1743
29,9967
berat penyaring + abu (Z gram)
26,7615
29,6601
Kadar serat kasar   (SK) ( % )
20,63 %
16,56 %



Pembahasan :
Dedak padi merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak padi biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53 (Kamal, M. 1994).
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan didapatkan kadar serat kasar dari dedak padi. Pada pengamatan satu (I) yang berat sampelnya yaitu 2,0009 gram dan pada pengamatan dua (II) yang berat sampelnya 2,0326 gram. Kemudian  dipanaskan dengan campuran H2SO4 1,25 % selama 30 menit lalu disaring dengan alat buchner dan dipanaskan lagi dengan menambah campuran NaOH 1,25% selama 30 menit. Hasil tersebut diangkat dan diangin-anginkan selam 1 malam dan disimpan dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang dengan berat penyaring dan residu kering. Pada pengamatan satu (I) berat penyaring dan residu kering 27,1743 gram. Pada pengamatan dua (II) berat penyaring dan residu kering 29,9967. Lalu di abukan dengan menggunakan tanurdengan suhu 600OC selama 2 jam hingga adanya perubahan warna sehingga hasil timbangannya yaitu pada pengamatan satu (I) yaitu 26,7615 garam dan pengamatan dua (II)  yaitu 29,6601 gram lalu dihitung dengan rumus penentuan kadar serat kasar SK maka didapat hasilnya pada pengamatan satu (I) yaitu 20,63 % dan pengamatan dua (II)  yaitu 16,56 %. Hasil tersebut berbada lumayan jauh berbeda maka hasil tersebut tidak konstan mungkin hal ini dikarenakan jumlah sampel yang digunakan pada masing-masing pengamatan berbeda. Dan menurut Kamal, M. 1994 serat kasar pada dedak padi yaitu 16.4% maka dari hasil anlisis kami sampel pengamatan dua (II)  yaitu 16,56 % adalah yang paling tepat dengan literatur yang ada.

Bab IV

Penutup

IV.1  Kesimpulan

Dalam praktikum nutrisi ternak dasar ini tentang anlisis proksimat daapat disimpulkan bahwa 
-          Kandungan kadar air pada dedak padi yaitu pada penamatan satu (I) pengulangan pertama didapat kadar air nya yaitu 8,2846%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu 9,39%, pengulangan ketiga didapat kadar airnya yaitu 9,396% dan pada pengulangan terakhir yang keempat kadar airnya yaitu 9,44%. Pada penamatan kedua (II) pengulangan pertama didapat kadar air nya yaitu 8,208%, pengulangan kedua didapat kadar airnya yaitu 9,216%, pengulangan ketiga didapat kadar airnya yaitu 9,215% dan pada pengulangan terakhir yang keempat kadar airnya yaitu 9,26%.
-          Pada pengamatan satu (I) didapat kadar abunya pada adalah 13,42 % dan pada pengamatan yang kedua kandungan kadar abunya adalah 13,26 %.
-          Kandungan kadar lemak kasar pada pengamtan satu (I) kandungan kadar lemak kasar nya adalah 4,028 % dan untuk pengamtan dua (II) kadar lemak kasarnya adalah 6,22 %
-          Dan kandungan serat kasar pada pengamatan satu (I) yaitu 20,63 % dan pengamatan dua (II)  yaitu 16,56 %.

IV.2  Saran

Pada percobaan praktikum ini sangat dihrapkan kepada seluruh praktikan untuk sangat berehati-hatian dan teliti karena praktikum ini ada yang mengunakan bahan kimia yang berbahaya dan kepada pembaca agar laporan dapat dijadikan pedoman untuk melakukan kegiatan yang sama. Akan tetapi laporn ini bukanlah sempurna untuk itu kiranya pemnaca dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan laporan kedepannya.




Daftar pustaka



Hartadi, H., Kustantinah, R. E. Indarto, N. D. Dono, dan Zuprizal. 2008. Nutrisi Ternak   Dasar. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas    Gadjah Mada. Yogyakarta.
Fenita, Yosi. 2013, Penuntun praktikum nutrisi ternak dasar (PTR) 210. Jurusan     peternakan, Fakultas pertanian : UNIB
Http://neng-ita.blogspot.com/2011/10/penetapan-kadar-abu.html
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Dasar I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.   Yogyakarta.
Parrakkasi.a. 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Petnowati, 1999.  Bahan  Pakan  dan  Formulasi  Ransum. Erlangga. Jakarta.
Purba, Michael.  2003.  Kimia  2000.  Erlangga. Jakarta.
Samuel, 1997.  A Short History Of Nutritional Science (1785 – 1885). journal of Nutrition. 
Soedarno, 1997. Introduction Partical Animal Breeding. Granada Publishing, Newyork.
Sondjya, 1998. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed.M.L. Scott & Associates, Ithaca, New York.
Sutresna, Nana. 1995.  Kimia 2. Ganeca  Exact. Bandung.
Tillman,A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta.
Tobing. L.R. 1991.  Kimia Organik Pangan. Depdikbud. Jakarta.
Trobos. 2008. Tuna Budidaya Jepang Mengancam. PT. PWI. Jakarta.

Ucoep Haroen et.al. (2008), Bahan Ajar Nutrisi Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi